Etika Pikukuh Badui Sunda Wiwitan: Suatu Pendekatan Fenomenologi Intensionalitas, Reduksi Eidetik Husserl, Innenleben Dilthey, dan Afeksi Murni Michel Henry

Authors

  • Apollo Universitas Mercu Buana, Jakarta, Indonesia.

DOI:

https://doi.org/10.38035/jpkn.v3i3.2310

Keywords:

Pikukuh, Badui, affectivity, intentionality, Innenleben, Indigenous ethics, phenomenology, Husserl, Dilthey, Michel Henry

Abstract

Penelitian ini menyelidiki sistem etika Pikukuh dalam komunitas Badui Sunda Wiwitan melalui pendekatan fenomenologis, dengan mengusulkan model teoretis baru: Etika Afektif-Intensional Kehidupan Batin Adat. Teori ini mengintegrasikan tiga kerangka besar fenomenologi intensionalitas dan reduksi eidetik dari Husserl, Innenleben (kehidupan batin) dari Dilthey, serta afeksi murni dari Michel Henry untuk memahami etika bukan sebagai seperangkat aturan, melainkan sebagai cara hidup yang dijalani, berinkarnasi, dan bersifat afektif. Berdasarkan kerja lapangan di kalangan Badui Dalam, studi ini mengeksplorasi bagaimana pikukuh berfungsi sebagai imperatif spiritual-ekologis yang berakar pada keheningan, subsistensi, dan pengekangan sakral, bukan pada kode moral eksternal. Metodologi yang digunakan adalah etnografi fenomenologis, dengan menggabungkan wawancara emik, observasi partisipatif, dan dokumentasi narasi kosmologis. Intensionalitas Husserl digunakan untuk menunjukkan bagaimana kesadaran diarahkan bukan pada tujuan eksternal, melainkan ke dalam diri demi melestarikan kehadiran leluhur. Konsep Innenleben dari Dilthey memungkinkan rekonstruksi makna yang terbentuk dalam struktur afektif bersama melalui tradisi lisan, siklus ritual, dan transmisi antar generasi. Gagasan afeksi diri murni dari Michel Henry menafsirkan ulang kehidupan etis Badui sebagai pengalaman imanensi yang pra-reflektif, di mana kebenaran hadir dalam kehidupan itu sendiri (la vie). Temuan utama studi ini adalah pikukuh merupakan bentuk kehidupan etis yang tertanam secara kosmologis dan menolak abstraksi, rasionalisasi, serta moralitas birokratis modern. Pikukuh menciptakan resonansi antara Buana Alit (dunia dalam/diri) dan Buana Agung (kosmos/alam) melalui Tresna Buana Asih sebuah sikap pengorbanan penuh cinta terhadap dunia sebagai kesinambungan yang sakral. Teori yang diusulkan tentang Etika Afektif-Intensional Kehidupan Batin Adat ini memberikan kontribusi terhadap perdebatan kontemporer dalam etika fenomenologis, epistemologi adat, dan spiritualitas pasca-sekular dengan menawarkan alternatif yang membumi dari model subjektivitas etis yang berpusat pada Barat.

References

Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran nilai karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai inovasi pendekatan pembelajaran afektif. Rajawali Pers.

Ahimsa-Putra, H. S. (2007). Strukturalisme Lévi-Strauss: Mitos dan karya sastra. Jurnal Humaniora, 19(1), 50–65. https://doi.org/10.22146/jh.884

Assmann, J. (2006). Religion and Cultural Memory: Ten Studies. Stanford University Press.

Daito, A. (2023). Ethnography research: Dayak Kaharingan ethics Kalimantan. Journal of Law, Politic and Humanities. https://doi.org/10.61324/jlph.v2i1.107

Daito, A. (2024, September 26). Makna semiotika Lingga Yoni pada Candi Sukuh. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Nusantara, 2(3), 147–156. https://dinastires.org/JPKN/article/view/693

Dilthey, W. (1988). Introduction to the Human Sciences (M. Neville, Trans.). Princeton University Press. https://doi.org/10.1515/9781400858761

Eco, U. (1984). Semiotics and the Philosophy of Language. Indiana University Press.

Gadamer, H.-G. (2004). Truth and Method (2nd ed., J. Weinsheimer & D. G. Marshall, Trans.). Continuum.

Geertz, C. (1973). The Interpretation of Cultures: Selected Essays. Basic Books.

Henry, M. (2003). I Am the Truth: Toward a Philosophy of Christianity (S. Davidson, Trans.). Stanford University Press. https://doi.org/10.1515/9781503619826

Henry, M. (2015). The Essence of Manifestation (G. Etzkorn, Trans.). Northwestern University Press. https://doi.org/10.2307/j.ctv15r5cjm

Husserl, E. (1982). Ideas Pertaining to a Pure Phenomenology and to a Phenomenological Philosophy: First Book (F. Kersten, Trans.). Springer. https://doi.org/10.1007/978-94-009-7445-6

Jalaluddin, & Idi, A. (2007). Filsafat Pendidikan. Rajawali Pers.

Koentjaraningrat. (1980). Kebudayaan, mentalitet dan pembangunan. Gramedia.

Merleau-Ponty, M. (2012). Phenomenology of Perception (D. A. Landes, Trans.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780203720714

Ricoeur, P. (1970). Freud and Philosophy: An Essay on Interpretation (D. Savage, Trans.). Yale University Press.

Sugiharto, B. (2022). Spiritualitas dan tubuh: Tafsir post-metafisika atas Michel Henry. Jurnal Filsafat, 32(1), 1–20. https://doi.org/10.22146/jf.72374

Sutiyono, D. (2020). Pikukuh Baduy: Living values dalam masyarakat adat. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 22(1), 75–89. https://doi.org/10.14203/jmb.v22i1.913

Widodo, A. (2015). Reduksi fenomenologis Husserl sebagai pendekatan filsafat pendidikan. Jurnal Filsafat, 25(2), 115–132. https://doi.org/10.22146/jf.12918

Published

2025-07-29

How to Cite

Apollo. (2025). Etika Pikukuh Badui Sunda Wiwitan: Suatu Pendekatan Fenomenologi Intensionalitas, Reduksi Eidetik Husserl, Innenleben Dilthey, dan Afeksi Murni Michel Henry. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Nusantara, 3(3), 123–132. https://doi.org/10.38035/jpkn.v3i3.2310